JURNAL PERCOBAAN XI
“UJI KARBOHIDRAT”
NAMA : KELANTAN
NIM : A1C118023
DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020
PERCOBAAN XI
I. Judul : Uji Karbohidrat
II. Hari, tanggal : Jum'at, 11 Desember 2020
III. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
- Dapat mengetahui karbohidrat yang lazim dan sifat fisisnya
- Dapat mengetahui dan mempelajari perbedaan sifat fisis dan kimia dari monosakarida, disakarida dan polisakarida
- Dapat mengetahui reaksi karbohidrat dengan kimiawi dasar dari gugus fungsi
- Dapat mempelajari dan mengetahui beberapa reaksi karbohidrat yang penting dalam metabolisme
IV. Landasan Teori
Karbohidrat merupakan senyawa dengan rumus molekul CN(H2O)n. Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari alkohol pelihidroksi atau senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa kompleks. Karbohidrat dihasilkan oleh tumbuhan yang merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang dan biji sebagai pati (Amilin). Karbohidrat terdiri dari 3 kelompok yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang paling sederhana. Oligosakarida merupakan senyawa yang dihidrolisis menghasilkan 2 sampai 6 gula monosakarida sedangkan polisakarida merupakan monomer-monomer yang berasal dari monosakarida (Tim Praktikum Kimia Organik II, 2020).
Karbohidrat terdiri dari unsur C, H, dan O. Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2:1. Karbohidrat dapat dibedakan menjadi: monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida ialah karbohidrat yang paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain. Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau cincin karbon. Menurut Sunita Almatsier, ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom hydrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon (Almatsier, 2009).
Glukosa terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Selain dari sumber tersebut, glukosa dihasilkan pula sebagai hasil cernaan pati menjadi dekstrin, dekstrin berubah menjadi maltose, dan akhirnya menjadi dua molekul gula glukosa. Glukosa memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Dalam keadaan normal, system syaraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energy. Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6 namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsang jonjot kecapan lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Gula ini terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam buah, nektar bunga, dan juga di dalam sayur (Kartasapoetra dan Marsetyo, 1995).
Karbohidrat juga merupakan bagian dari struktur sel, dalam bentuk glikoprotein. Reseptor seluler yang terdapat pada permukaan membrane sel adalah suatu glikoprotein. Selain itu, di dalam hidangan karbohidrat memudahkan pemberian bentuk kepada makanan, misalnya dalam bentuk kue. Dalam proses fermentasi, karbohidrat mempunyai sifat-sifat khusus untuk mendapatkan hasil olah yang disukai konsumen. Jika panaskan pada suhu tinggi, karbohidrat menjadi caramel yang beraroma khas. Mono dan disakarida berfungsi sebagai pemanis di dalam makanan. Rasa manis merupakan kualitas kecapan yang disenangi manusia sejak lahir. Kalau seorang bayi atau anak kecil diberi pilihan dari berbagai rasa (manis, pahit, asin, dan asam) maka rasa manis akan menjadi pilihan utama. Tingkat manis sebagai standard yaitu sukrosa (100), fruktosa (173), glukosa (74), galaktosa (32), maltose (32), dan laktosa (16) (Sediaoetama, 2000).
Menurut Bintang (2010). Uji kualitatif karbohidrat yang mendasarkan pada pembentukan warna dapat dilakukan dengan cara:
a. Uji molish
Uji ini berlaku umum, baik untuk aldosa maupun ketosa. Caranya, karbohidrat ditambah H2SO4 melalui dinding-dinding tabung. Asam sulfat akan menyerap air dan membentuk furfural yang selanjutnya dikopling dengan α-naphtol membentuk senyawa gabungan berwarna ungu. Jika yang dideteksi pentose akan terbentuk furfural, sementara itu jika aldosa yang dideteksi akan terbentuk hidroksi metilfurfural.14
b. Uji selliwanof
Uji ini positif terhadap ketosa, misal fruktosa. Akan tetapi negative terhadap aldosa. Pereaksi dibuat dengan mencampurkan resorsinol dengan HCl pekat kemudian diencerkan dengan akuades. Uji dilakukan dengan menambahkan larutan sampel ke dalam pereaksi lalu dipanaskan dalam air mendidih. Adanya warna merah menunjukkan adanya ketosa.
c. Uji benedict
Uji ini positif untuk gula pereduksi/ gula inversi seperti glukosa dan fruktosa. Caranya gula reduksi ditambahkan dengan campuran CuSO4 (tembaga sulfat), natrium sitrat (NaSO3) dan natrium karbonat (NaCO3) lalu dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida (Cu2O) yang berwarna merah coklat. Uji ini terjadi dalam suasana basa/alkalis karena gula akan mereduksi dalam suasana basa. Natrium sitrat berfungsi sebagai pengkelat Cu dengan membentuk kompleks Cu- sitrat. Natrium karbonat berfungsi untuk menciptakan suasana basa. Berikut ini bentuk reaksi yang terjadi pada uji benedict.
d. Uji fehling
Uji ini hampir sama dengan uji benedict yang bertumpu pada adanya gula pereduksi pada karbohidrat. Cara ujinya: gula reduksi ditambah campuran larutan CuSO4 dalam suasana alkalis (dengan ditambah NaOH) dan ditambah dengan Chelating agent, lalu dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida.
e. Uji iodium
Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati yang dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis akan membentuk warna merah.
V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
- Tabung reaksi
- Termometer
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Bulb (filler)
- Kompor listrik/spiritus
- Pengaduk Kaca
- Mortar
- Stopwatch
- Gelas Kimia 100 dan 200 ml
5.2 Bahan
- Glukosa
- Sukrosa
- Selulosa (Pati)
- Asam sulfat pekat (H2SO4)
- Asam Klorida (HCl)
- Natrium Hidroksida (NaOH)
- Peraksi Molisch
- Larutan Iod
- Pereaksi Tollens
- Pereaksi Fehling A dan B
- Pereaksi Basa Kuat
- Pereaksi Iod
- Aquades
VI. Prosedur Kerja
6.1 Uji Molisch
- Disiapkan tabung reaksi bersih, masing-masing diisi dengan 5 ml larutan gula (glukosa, sukrosa, pati atau selulosa dalam air).
- Ditambahkan 1 tetes pereaksi molisch (alfa naftol dalam alkohol), kocok perlahan.
- Dimiringkan tabung dan ditambahkan 5 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung.
- Diperhatikan warna yang terbentuk pada batas pertemuan dari dua lapisan cairan dalam tabung berupa cincin merah/violet. Bila campuran dikocok dan diencerkan dengan 5 ml air terbentuk warna ungu tua.
6.2 Reaksi Glukosa
a) Dengan pereaksi Fehling
- Disiapkan tabung reaksi bersih, dimasukkan 2 ml larutan fehling A dan 2 ml larutan fehling B dilanjutkan dengan menambahkan beberapa tetes larutan glukosa.
- Dikocok perlahan, lalu masukkan tabung reaksi kedalam penangas air mendidih.
- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi, lalu tuliskan reaksinya
b) Dengan pereaksi Benedict
- Disiapkan tabung reaksi bersih, dimasukkan 2 ml pereaski benedict, lalu ditambahkan beberapa tetes glukosa.
- Diaduk perlahan, lalu dimasukkan kedalam penangas air mendidih.
- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi, lalu tuliskan reaksinya.
c) Dengan pereaksi Tollens
- Disiapkan tabung reaksi bersih, dimasukkan 2 ml pereaski tollens, lalu ditambahkan beberapa tetes glukosa.
- Diaduk perlahan, lalu dimasukkan kedalam penangas air mendidih sampai terbentuk cermin perak pada tabung reaksi.
- Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi, lalu tuliskan reaksi pembentukan cermin perak
d) Uji Iod
- Dimasukkan sampel glukosa, sukrosa, selulosa (pati) sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi.
- Ditambahkan 5 tetes larutan iod
- Diamati perubahan warna yang terjadi.
e) Dengan basa kuat
- Disiapkan tabung reaksi bersih, dimasukkan 2 ml larutan glukosa 10% dan 0,5 ml NaOH 25%.
- Diaduk perlahan dan dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit.
- Diperhatikan rupa dan bau zat yang terbentuk dan hasil reaksinya.
f) Reaksi Sukrosa
- Dilarutkan 1,5 gram sukrosa dalam 200 ml air.
- Dilakukan percobaan B (1,2,3 dam 4) menggunakan sukrosa sebagai pengganti glukosa.
g) Reaksi Laktosa
- Dilarutkan 1,5 gram sukrosa dalam 200 ml air.
- Dilakukan percobaan B (1,2,3 dam 4) menggunakan sukrosa sebagai pengganti glukosa.
6.3 Reaksi Pati
- Digerus sebanyak 0,5 gram pati menggunakan mortar kecil dengan sedikit air hingga terbentuk pasta.
- Dipindahkan pasta kedalam gelas piala, tambahkan air dan lakukan dekantasi sebanyak 3 kali dengan air sampai cairan diatas endapan menjadi bening.
- Dipindahkan pati yang telah dicuci kedalam gelas piala berisi 100 ml air mendidih sambil dikocok perlahan.
- Dilakuan percobaan menggunakan pereaksi fehling, basa kuat dan pereaksi iod dengan menggunakan 2 ml larutan suspense zat pati setiap percobaan.
- Diamati seksama dan catat perubahan yang terjadi pada setiap pereaksi yang digunakan.
6.4 Reaksi Pati yang dihidrolisis
- Dimasukkan 10 ml larutan pati pada sisa percobaan diatas dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml HCl pekat dan panaskan perlahan dengan api kecil.
- Bila suhu mencapai 80°C, diteteskan sedikit cairan tersebut pada larutan iodium dalam sebuah lempeng penguji warna.
- Dilanjutkan pemanasan sampai larutan mendidih sambil setiap menit dilakukan uji warna. Dilakukan 5/6 kali atau sampai tidak terjadi lagi perubahan warna larutan.
- Diamati dan mencatat setiap perubahan warna serta menetralkan larutan zat pati yang telah dihidrolisis tadi dengan larutan NaOH 10%, lalu uji menggunakan pereaksi fehling.
Link video terkait percobaan X :
Permasalahan :
- Pada percobaan ini menggunakan sukrosa dan glukosa. Bagaimana jika sukrosa atau glukosa diganti dengan fruktosa dan pengaruhnya terhadap hasil produk?
- Pada Reaksi Pati yang dihidrolisis, salah satu perlakuannya terdapat penambahan HCl pekat. Jika HCl diganti dengan H2SO4 sebagai katalisnya, bagaimana pengaruhnya terhadap hasil dari reaksi tersebut?
- Mengapa pada percobaan reaksi sukrosa dan laktosa, sukrosa dapat menggantikan fungsi dari penggunaan glukosa?
Baiklah disini saya ingin mencoba menjawa nomor 3.karena Glukosa dan fruktosa sama-sama termasuk golongan gula yang dinamakan monosakarida.terimakasih
BalasHapusBaiklah saya Khusnul Khotimah (039) akan mencoba menjawab permasalahan no.2
BalasHapusMenurut saya penggunaan HCl sebagai katalis sudah sangat bagus untuk digunakan sebagai katalis pada percobaan ini sehingga menurut saya jika diganti dngn asam sulfat pekat, reaksi tidak berjalan semulus menggunakan katalis HCl. Terimakasih :)
Baiklah, saya Wafiqah Alvia A1C118047 akan menjawab no 1.
BalasHapussukrosa atau glukosa diganti dengan fruktosa dan pengaruhnya terhadap hasil produk, menurut saya tidak berpengaruh karena sama-sama termasuk golongan gula yang dinamakan monosakarida. Terimakasih