Senin, 16 November 2020

Jurnal Percobaan VI "Skrining Fitokimia Senyawa Bahan Alam"

JURNAL PERCOBAAN VI

“SKRINING FITOKIMIA SENYAWA BAHAN ALAM







NAMA : KELANTAN

NIM : A1C118023



DOSEN PENGAMPU :

Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020






PERCOBAAN VI


I. Judul : Skrining Fitokimia Senyawa Bahan Alam

II. Hari, tanggal : Rabu, 18 November 2020

III. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

  1. Dapat mengenal dan memahami teknik-teknik skrinning fitokimia bahan alam
  2. Dapat mengetahui jenis-jenis pereaksi yang digunakan dalam skrinning fitokimia bahan alam
  3. Dapat melakukan skrinning fitokimia bahan alam dari suatu simplisia tumbuhan


IV. Landasan Teori

Kandungan kimia yang terdapat pada makhluk hidup berdasarkan pada cara terbentuk dan fungsinya dapat dikelompokkan atas dua kelompok besar yaitu:

  1. Metabolit primer, yang merupakan senyawa organik yang terlibat dalam proses metabolisme dalam makhluk hidup tersebut seperti karbohidrat, lipid, protein, dan asam-asam amino.
  2. Metabolit sekunder, yang merupakan hasil samping proses metabolisme seperti alkanoida, steroida atau terpenoida, flavonoida, fenolik, kumarin, kuinon, saponin, tannin, lignin, dan glikosida dll yang dokenal sebagai kimia bahan alam.

Pereaksi yang digunakan dalam skrinning fotokimia guna mengidentifikasi terhadap masing-masing jenis metabolit sekunder tersebut dilakukan dengan menggunakan larutan-larutan pereaksi untuk alkaloida yaitu pereaksi wagner, pereaksi meyer dan dragendorf. Untuk jenis steroid dan terpenoid dapat digunakan pereaksi Liebermann Buchard, sedangkan untuk identifikasi flavonoid dapat digunakan pereaksi shinoda dan larutan NaOH 10% (Tim Praktikum Kimia Organik II, 2020).      

Skinning fitokimia adalah metode analisis untuk menentukan jenis metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan-tumbuhan karena sifatnya yang dapat bereaksi secara khas dengan pereaksi tertentu. Skining fitokimia dilakukan melalui serangkaian pengujian dengan menggunakan pereaksi tertentu (Sastrohamidjojo, 2010).

Skrinning fitokimia dilakukan sebagai pemeriksaan kimia pendahuluan dari simplisia sebelum dilakukan tahap isolasi lebih lanjut. Pemeriksaan terhadap kandungan kimia yang terdapat dalam tumbuhan tergantung pada sensitivitas dari prosedur analisis dan banyaknya kandungan senyawa kimia yang diidentifikasi. Metode yang dilakukan untuk melakukan skrinning fitokimia harus memenuhi beberapa syarat antara lain seperti sederhana, cepat, dapat dilakukan dengan peralatan yang minimal, selektif terhadap golongan senyawa yang dipelajari, semi kualitatif dan dapat memberikan keterangan tambahan ada atau tidaknya senyawa tertentu dari golongan senyawa yang dipelajari. Uji fitokimia yang dapat dilakukan adalah uji kualitatif secara kromatografi lapis tipis (KLT) dan secara uji kualitatif secara kimiawi (Marliana, dkk., 2005).  

Pada skrinning fitokimia ini banyak dilakukan dengan menggunakan metode ektstraksi. Dimana metode ektraksi ini adalah suatu metode yang digunakan untuk pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya. Ekstraksi juga diartikan sebagai teknik pemisahan zat target dan zat yang tidak berguna. Tujuan ektraksi ini adalah untuk menarik semua komponen kimia yang terdapat didalam simplisia (Abdul, 2007).

Metabolit sekunder merupakan senyawa yang tidak terlibat langsung dalam pertumbuhan, perkembangan, atau reproduksi makhluk hidup namun senyawa ini bisa digunakan untuk perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Pemanfaatan dari zat metabolit sekunder sangat banyak metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan dalam bidang farmakologi, diantaranya sebagai antioksidan, antibiotic, antikanker, antikoagulan darah, menghambat eter karsinogenik, selain itu metabolit sekunder juga dimanfaatkan sebagai antigen pengendalian hama yang ramah lingkungan (Energina, 2014).


V. Alat dan Bahan

5.1 Alat

  • Tabung reaksi 20 bh
  • Erlenmeyer 250 ml
  • Plat tetes
  • Gelas kimia 200ml
  • Pipet tetes
  • Lumping
  • Corong gelas
  • Gelas ukur

5.2 Bahan

  • Pereaksi Dragendorf
  • Kloroform
  • NaOH padatan
  • Pereaksi Meyer
  • Etanol
  • Brusin
  • Pereaksi Wagner
  • Methanol
  • Iodine
  • Shinoda
  • Heksan
  • KI


VI. Prosedur

6. 1 Pemeriksaan Alkaloida

  • Dihaluskan simplisia tumbuhan sebanyak 2-4 gr pada lumpang dengan menambahkan sedikit kloroform dan pasir bersih (silica).
  • Bahan tumbuhan yang sudah halus dibasahi dengan 10ml kloroform, lalu gerus lagi dan ditambahkan 10 ml kloroform amoniak 1/20 N dan gerus lagi.
  • Saring bahan yang telah digerus tadi kedalam tabung reaksi, tambahkan 10 tetes larutan asam sulfat 2N, lalu dikocok.
  • Dipisahkan dan didekantasikan lapisan asam kedalam tiga tabung reaksi kecil dan masing-masing tabung ditambahkan dengan satu tetes pereaksi Meyer, Wagner, dan Dragendorf.


6.2 Pemeriksaan Steroid dan Terpenoid

  • Dimasukkan simplisia tumbuhan 5 gr kering yang telah dirajang halus kedalam erlenmeyer 250 ml. Lalu tambahkan dengan 25 ml etanol dan diaduk-aduk.
  • Dipanaskan diatas penangas air selama 10 menit (jangan menggunakan api langsung), dan saring dalam keadaan panas.
  • Diuapkan filtrat pelarutnya dengan rotary evaporator atau dengan menggunakan penangas air sehingga diperoleh ekstrak pekat etanol.
  • Dititrasi ekstrak pekat etanol dengan sedikit eter dan beberapa tetes larutan eter ditempatkan dalam 2 lobang plat tetes dan biarkan kering.
  • Ditambahkan 2-3 tetes anhidrida asam asetat, diaduk dengan hati-hati.
  • Ditambahkan 1 tetes asam sulfat pekat dan amati perubahan warna yang terbentuk.
  • Diperiksa reaksi dengan menambahkan asam sulfat pekat pada lobang plat tetes yang satu lagi, amati warna yang terjadi. Kalau terbentuk warna yang sama sangat boleh jadi contoh tumbuhan yang diperiksa tidak mengandung terpenoida tapi senyawa lain yang bereaksi dengan asam sulfat pekat.


6.3 Pemeriksaan Flavonoida

  • Diekstrasksi 0,5 gr simplisia tumbuhan yang telah dihaluskan dengan 10 ml etanol panas selama 5 menit dalam tabung reaksi.
  • Disaring hasil ekstrak dan filtratnya ditambahkan beberapa tetes HCl pekat, lalu ditambahkan lebih kurang 0,2 gr bubuk magnesium. Bila timbul warna merah tua, menandakan contoh mengandung flavonoid. Cara uji teknik shinoda (Mg+HCl).
  • Cara lain pengujian flavonoid, dengan menambahkan ekstrak etanol diatas dengan 2 tetes NaOH 10% . Adanya flavonoid ditandai dengan perubahan warna kuning-orange merah.


6.4 Pemeriksaan Saponin

  • Dimasukkan lebih kurang 0,5 gr bahan tumbuhan kedalam tabung reaksi, lalu tambahkan 10 ml air panas dan biarkan menjadi dingin kemudian dikocok selama 10 detik.
  • Bila terbentuk busa yang stabil setinggi 1-10cm selama 10 menit tidak hilang saat penambahan 1 tetes asam klorida 2N pada perlakuan ini, berarti tes saponin adalah positif.


6.5 Pemeriksaan Kuinon

  • Dipotong-potong halus simplisia tumbuhan, kemudian diekstraksi dengan eter. Jika warna contoh yang diuji masuk kedalam pelarut eter boleh jadi zat warna yang ada adalah kuinon. 


6.6 Pemeriksaan Kumarin

  • Ekstrak metanol atau ekstrak dari simplisia tumbuhan dapat dideteksi keberadaan kumarinnya dengan cara ekstrak etanol atau metanol dari contoh kromatografi lapis tipis, dengan menggunakan eluen etil asetat atau etil asetat : metanol (9:1) atau (8:2). Dibawah sinar ultraviolet gelombang panjang 360 nm kumarin biasanya akan berfloresensi biru dan kalau noda ini diberi uap ammonium akan terlihat noda yang berwarna kuning. 


Link video yang terkait percobaan VI

https://youtu.be/nn4rG0I29cA


Permasalahan

  1. Bagaimana Simplisia tumbuhan dapat dideteksi keberadaan kumarinnya hanya dengan cara ektrak etanol?
  2. Mengapa pada pemeriksaan flavonoid hasil ekstrak yang telah difiltrat ditetesi dengan beberapa tetes HCl pekat ?
  3. Cara lain pengujian flavonoid, dengan menambahkan ekstrak etanol diatas dengan 2 tetes NaOH 10% . Bagaimana hasil yang didapatkan jika NaOH yang digunakan >10% atau <10% ?

3 komentar:

  1. Wisliana (A1C118060)

    2.ditetesi dengan beberapa tetes HCl pekat karena agar garam yang terbentuk tidak larut sehingga membentuk endapan.

    BalasHapus
  2. saya erma johar (031) akan menjawab pertanyaan no 1. pendekteksinya dengan cara dilakukan skrining agar mengetahui hasil dari kandungan didalam nya

    BalasHapus
  3. Baiklah saya Nurhalimah (024) akan mencoba menjawab Permaslhan no 3 yaitu Cara lain pengujian flavonoid, dengan menambahkan ekstrak etanol diatas dengan 2 tetes NaOH 10% . Bagaimana hasil yang didapatkan jika NaOH yang digunakan >10% atau <10%, menurut saya jika Kurang dari 10 ℅ maka proses pengenceran pada percobaan ini tidak akan ber hasil karena disini NaOH Digunakan sebagai proses pengenceran dimana jika Kurang dia akan membentuk larutan yg Kurang jenuh sedangkan jika lebih maka akan terbentuk yg namanya endapan

    BalasHapus

Laporan Percobaan XIII "Uji Lemak"

LAPORAN PERCOBAAN XIII “UJI LEMAK” NAMA : KELANTAN NIM : A1C118023 DOSEN PENGAMPU : Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA...