Senin, 21 Desember 2020

Laporan Percobaan XIII "Uji Lemak"

LAPORAN PERCOBAAN XIII
“UJI LEMAK”





NAMA : KELANTAN
NIM : A1C118023


DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020




VII. Data Pengamatan


VIII. Pembahasan
Pada uji pembentukan emulsi, dimana emulsi adalah dispersi atau suspensi metastabil suatu cairan dalam cairan lain di mana keduanya tidak saling melarutkan. Agar terbentuk emulsi yang stabil, diperlukan suatu zat pengemulsi yang disebut emulsifier atau emulsifying agent, yang berfungsi menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan. Bahan emulsifier dapat berupaprotein, brom, sabun, atau garam empedu. Daya kerja emulsifier terutama disebabkan oleh bentuk molekulnya yang dapat terikat, baik pada minyak maupun air. Emulsifier akan membentuk lapisan di sekeliling minyak sebagai akibat menurunnya tegangan permukaan dan diadsorpsi melapisi butir-butir minyak, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
Pada uji lemak ini, dilakukan perlakuan tentang terjadi emulsi pada sampel yang akan diuji cobakan. Pada percobaan ini dilakukkan dengan 4 sampel. Pada tabung reaksi yang pertama dimasukkan 5 tetes minyak kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 2 ml aquades, kemudian dikocok selama 1 menit. Perlakuan ini untuk mengetahui apakah adanya emulsi pada lemak. Hasil yang didapatkan pada perlakuan ini yaitu larutan berwarna putih keruh. Pada tabung yang kedua dimasukkan 5 tetes minyak lalu 2 ml larutan sabun, dikocok selama 1 menit, hasil yang didapatkan yaitu larutan berwarna putih susu. Pada tabung ketiga dimasukkan 5 tetes minyak, lalu 2 ml putih telur kemudian dikocok selama 1 menit. Hasil yang didapatkan yaitu larutan berwarna putih kekuningan dibagian bawah dan putih susu dibagian atas. Selanjutnya pada tabung keempat dimasukkan 5 tetes minyak lalu ditambahkan santan sebanyak 2 ml, lalu dikocok selama 1 menit. Hasil yang didapatkan pada perlakuan ini yaitu larutan berwarna putih susu. Berdasarkan literatur, percobaan emulsi prinsip kerjanya yaitu lemak atau minyak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada bahan lain yang berfungsi sebagai emulgator.

IX. Pertanyaan Pasca Praktek
  1. Apa yang menjadi faktor utama yang mempengaruhi uji emulsi dikatakan berhasil?
  2. Pada percobaan uji emulsi ini terdapat 2 lapisan yang terbentuk. Apa yang menyebabkan terbentuknya 2 lapisan tersebut secara kimiawi?
  3. Apa pengaruh pengocokan terhadap lapisan yang terbentuk?

X. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
  1. Lemak atau minyak tidak dapat larut dalam air tetapi dapat membentuk emulsi yang stabil bila ada bahan lain yang berfungsi sebagai emulgator.
  2. Emulsi adalah campuran dari dua cairan yang biasanya tidak bergabung, seperti minyak dan air. Emulsi merupakan suatu sistem dispersi, dimana salah satu fase terdispersi dalam fase lainnya dengan adanya suatu zat pengemulsi. 


XI. Daftar Pustaka
Angelia, Ika O.. 2016. Analisis Kadar Lemak Pada Tepung Ampas Kelapa. Jurnal JTech. Vol.4 No.1. Gorontalo : Politeknik Gorontalo.
Lehninger, A.L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga.
Poedjiadi, Amna, 1994. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : UI Press.
Salirawati. 2007. Belajar Kimia Menarik. Jakarta: Grasindo.
Tim Praktikum Kimia Organik II. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi : Universitas Jambi.

Minggu, 20 Desember 2020

Laporan Percobaan XII "Uji Asam Amino dan Protein"

LAPORAN PERCOBAAN XII
“UJI ASAM AMINO DAN PROTEIN”




NAMA : KELANTAN
NIM : A1C118023


DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020




VII. Data Pengamatan


VIII. Pembahasan
Protein merupakan makromolekul yang memegang peranan penting pada hampir semua proses biologi. Fungsi protein dalam tubuh antara lain membantu perkembangan sel dan menjaga pertahanan tubuh. Protein tersusun atas polimer asam amino, dimana asam amino merupakan senyawa yang terdiri dari gugus amina (-NH2), gugus karboksil (-COOH) dan rantai samping (R). Rantai samping ini yang membedakan antara asam amino satu dengan asam amino yang lainnya. Dua atau lebih asam amino dapat membentuk polipeptida melalui pembentukan ikatan peptida. Ikatan ini dibentuk antara gugus amina pada asam amino satu dengan gugus karboksilat pada asam amino yang lain.
Pada percobaan ini dilakukan uji protein, yang pertama disiapkan 4 tabung reaksi, dengan tabung pertama yaitu fenilalanin, tabung kedua yaitu alanin, tabung ketiga yaitu susu, dan tabung keempat yaitu albumin. Keempat tabung reaksi yang berisi sampel ini akan digunakan untuk uji biuret. Dengan hasil yang didapat atas perlakuan pertama ini yaitu pada tabung 1, 2 dan 4 tidak berwarna sedangkan tabung 3 berwarna putih.
Setelah itu ditetesin dengan biuret, tujuan perlakuan ini untuk melakukan uji biuret. Selanjutnya kita homogenkan, tujuannya supaya terbentukny warna pada hasil uji biuret. Dengan hasil yang didapat pada perlakuan ini yaitu pada tabung 1 dan 2 yaitu tidak berwarna sedangkan pada tabung 3 dan 4 berwarna ungu. Kemudian dilakukan pemanasan dengan dimasukkan tabung 3 dan 4 tadi kedalam gelas kimia yang terdapat air yang dipanaskan. Tujuan dari perlakuan ini untuk mempercepat laju reaksi. Hasil yang didapatkan yaitu pada tabung 3 berwarna coklat muda sedangkan pada tabung 4 berwarna coklat tua pada bagian atasnya dan berwarna bening pada bagian bawahnya. Berdasarkan literatur, uji biuret menggunakan reagen biuret yang mengandung NaOH dan CuSO4 encer. Reagen biuret akan bereaksi dengan ikatan peptida protein pada sampel. Adanya protein sampel ditunjukkan perubahan sampel menjadi warna ungu. Pembentukan warna disebabkan karena adanya kompleks ion Cu+ dengan ikatan peptida protein.

IX. Pertanyaan Pasca Praktek
  1. Mengapa pada uji Biuret ini dilakukan pemanasan tidak seperti uji biuret lain?
  2. Reaksi apa yang terjadi pada uji biuret sehingga menghasilkan larutan berwarna ungu?
  3. Mengapa larutan 1 dan 2 tidak dilakukan pemanasan?

X. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
  1. Protein tersusun atas polimer asam amino, dimana asam amino merupakan senyawa yang terdiri dari gugus amina (-NH2), gugus karboksil (-COOH) dan rantai samping (R). 
  2. Ikatan peptida dibentuk antara gugus amina pada asam amino satu dengan gugus karboksilat pada asam amino yang lain.
  3. Untuk melakukan uji asam amino dan protein biasanya dilakukan dengan uji biuret. Reagen biuret terdiri dari CuSO4 dan NaOH.

XI. Daftar Pustaka
Chang, R. (2005). Kimia Dasar. Jakarta: Erlangga. 
Fessenden, R.J. dan Fessenden, J.S., 1994. Kimia Organik. Jakarta : Erlangga.
Machin, Achmad. 2012. Potensi Hidrosilat Tempe sebagai Penyedap Rasa Melalui Pemanfaatan Ekstrak Buah Nanas. Jurnal Biosaintifika Vol.4.No.2. ISSN 2085-191X. Jawa Tengah : SMA Negeri 1 Dempet.
Setiadi, Rahmat, dkk. 2001. Biokimia. Jakarta : Universitas Terbuka
Indonesia
Tim Praktikum Kimia Organik II. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi : Universitas Jambi.

Rabu, 16 Desember 2020

Jurnal Percobaan XIII "Uji Lemak"

JURNAL PERCOBAAN XIII
“UJI LEMAK”





NAMA : KELANTAN
NIM : A1C118023


DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020













PERCOBAAN XIII


I. Judul : Uji Lemak
II. Hari, tanggal : Jum'at, 18 Desember 2020
III. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
  1. Dapat mengetahui beberapa sifat lemak
  2. Dapat mengetahui reaksi penyabunan dari lemak maupun minyak

IV. Landasan Teori
Lemak disusun dari dua jenis molekul yang lebih kecil yaitu gliserol dan asam lemak. Lemak murni memiliki sifat tidak berwarna, tidak berbau dan tidak berasa. Lemak tumbuh-tumbuhan yang berwarna dapat disebabkan oleh adanya pigmen asalnya, misal karotena, xantofil, tokoferol atau klorofil. Hal ini dikarenakan pada proses kimia, misal proses oksidasi atau proses hidrolisis, rasa dan bau lemak manjadi tidak enak atau tengik. Lemak-lemak netral, yang asam lemak penyusunnya memiliki rantai karbon yang panjang, tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak. Pelarut lemak yang baik antara lain benzene, kloroform dan dietil eter. Titik lebur lemak rendah tetapi lebih tinggi dari suhu saat menjadi padat kembali (Tim Praktikum Kimia Organik II, 2020).
Lemak merupakan senyawa kimia yang mengandung unsur C,H dan O. Lemak atau lipid merupakan salah satu nutrisi diperlukan tubuh karena berfungsi menyediakan energi sebesar 9 kilokalori/gram, melarutkan vitamin A,D,E,K dan dapat menyediakan asam lemak esensial bagi tubuh manusia. Selama proses pencernaan, lemak dipecah menjadi molekul yang lebih kecil, yaitu asam lemak dan gliserol. Lemak merupakan unit penyimpanan yang baik untuk energi. Berdasarkan struktur kimianya, lemak dibedakan menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak tak jenuh biasanya cair biasanya cair pda suhu kamar, minyak nabati dan lemak yang ditemukan dalam biji merupakan contoh dari lemak tak jenuh sedangkan lemak jenuh biasanya padat pada suhu kamar dan ditemukan dalam daging, susu,keju, miyak kelapa, dan minyak kelapa sawit (Poedjiadi, 1994).
Lipida adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, sepertikloroform dan eter. Asam lemak adalah komponen unit pembangun pada hampirsemua lipid. Asam lemak adalah asam organik berantai panjang yang mempunyaiatom karbon dari 4 sampai 24. Asam lemak memiliki gugus karboksil tunggal danekor hidrokarbon nonpolar yang panjang. Hal ini membuat kebanyakan lipid bersifat tidak larut dalam air dan tampak berminyak atau berlemak (Lehninger,1982).
Adapun struktur lemak kimia yaitu komponen penyusun lemak menggambungkan karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O) dan sekali dalam fosfor sementara (P) dan nitrogen (N). Partikel lemak terdiri dari empat bagian, khususnya satu atom gliserol dan tiga partikel lemak tak jenuh. Asam terdiri dari rantai hidrokarbon (CH) dan karboksil mengumpulkan (-COOH). Molekul gliserol memiliki tiga hidroksil banyak (OH) dan masing-masing interface dengan hidroksil yang pertemuan sekelompok karboksil dari lemak tak jenuh. Dengan mempertimbangkan potongan senyawa lemak dipisahkan menjadi tiga antara lain: lemak sederhana, lemak campuran dan lemak awal (Angelia, 2016).
Lemak digolongkan berdasarkan kejenuhan ikatan pada asam lemaknya.Adapun penggolongannya adalah asam lemak jenuh dan tak jenuh. Lemak yangmengandung asam-asam lemak jenuh, yaitu asam lemak yang tidak memiliki ikatan rangkap. Dalam lemak hewani misalnya lemak babi dan lemak sapi,kandungan asam lemak jenuhnya lebih dominan. Asam lemak tak jenuh adalahasam lemak yang mempunyai ikatan rangkap. Jenis asam lemak ini dapat diidentifikasi dengan reaksi adisi, dimana ikatan rangkap akan terputus sehingga terbentuk asam lemak jenuh (Salirawati, 2007).


V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
  • Plat tetes
  • Gelas beker
  • Gelas Ukur
  • Pipet tetes
  • Tabung reaksi
  • Rak tabung reaksi
  • Indikator universal
  • Pipet Ukur
  • Pro pipet
  • Vortex
5.2 Bahan
  • Larutan Sabum
  • Larutan CH3COOH
  • Larutan CaCl2 1%
  • Larutan MgSO4 1%
  • Larutan Pb Asetat 1%
  • Larutan HCl pekat
  • Larutan KMnO4 0,1 N
  • Larutan eter
  • Minyak
  • Aquadest
  • Indikator PP

VI. Prosedur Kerja
6.1 Uji Pembentukan Garam
  • Dimasukkan kedalam gelas beker larutan sabun sebanyak 30 ml. Lalu dicek pH nya sampai pH=7. Jika belum 7 maka ditambahkan larutan CH3COOH hingga pH nya menjadi 7.
  • Dibagi larutan tersebut menjadi tiga tabung, tabung 1 berisi 5 ml larutan sabun lalu ditambahkan 7 tetes larutan CaCl2 1%, tabung 2 berisi 5 ml larutan sabun lalu ditambahkan 7 tetes larutan MgSO4 1% dan tabung 2 disii 5 ml larutan sabun lalu ditambahkan 7 tetes larutan Pb asetat 1%.
  • Diamati perubahan yang terjadi pada setiap tabung.

6.2 Uji Hidrolisa Sabun
  • Dimasukkan kedalam tabung reaksi larutan sabun sebanyak 10 ml, lalu ditambah dengan 5 ml aquades.
  • Ditambahkan indikator PP sebanyak 3 tetes pada tabung reaksi. Kemudian larutan di vortex sampai homogen.
  • Diamati perubahan yang terjadi pada setiap tabung.

6.3 Uji Sifat Emulsi Lemak
  • Dimasukkan 2 ml aquades pada tabung reaksi 1 lalu ditambahkan 5 tetes minyak. Pada tabung reaksi 2, dimasukkan 2 ml aquades lalu ditambahkan 5 tetes minyak dan 2 ml larutan sabun. Setelah itu di vortex dan didiamkan.
  • Diamati perubahan yang terjadi pada setiap tabung.

6.4 Uji Sifat Ketidakjenuhan Lemak
  • Dimasukkan kedalam tabung reaksi 2 ml minyak dan 5ml larutan eter. Lalu, divortex campuran dan ditambahkan KMnO4 0,1 N sebanyak 3 tetes.
  • Diamati perubahan yang terjadi pada setiap tabung.

6.5 Uji Pembuatan Asam Minyak
  • Dimasukkan kedalam tabung reaksi 5 ml larutan sabun dan 3 ml larutan HCl pekat. Lalu, divortex dan didiamkan hingga terbentuk  2 lapisan.
  • Diamati perubahan yang terjadi pada setiap tabung.


Link Video terkait percobaan XIII


Permasalahan :
  1. Pada uji pembentukan garam, dilakukan penambahan CH3COOH jika pH belum 7. Bagaimana pengaruhnya sehingga penambahan CH3COOH dapat menjadikan larutan tersebut pH-nya 7?
  2. Pada uji hidrolisia sabun, perlakuannya menggunakan indikator PP. Jika indikator PP diganti dengan indikator lain seperti metil merah (mm) atau metil jingga (mo), bagaimana pengaruh terhadap hasil dari uji ini?
  3. Apa fungsi penambahan KMnO4 pada uji sifat ketidakjenuhan lemak?

Selasa, 15 Desember 2020

Jurnal Percobaan XII "Uji Asam Amino dan Protein"

JURNAL PERCOBAAN XII
“UJI ASAM AMINO DAN PROTEIN”





NAMA : KELANTAN
NIM : A1C118023


DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020













PERCOBAAN XII


I. Judul : Uji Asam Amino dan Protein
II. Hari, tanggal : Jum'at, 18 Desember 2020
III. Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :
  1. Dapat mempelajari kimia gugus asam dan gugus Amina pada asam amino dan protein.
  2. Dapat mengenal uji kimia yang membedakan asam amino dan protein.
  3. Dapat membandingkan sifat-sifat golongan primer alami (protein) dengan monomernya (asam amino).
  4. Dapat mempelajari beberapa bahan pangan yang mengandung protein dan asam amino.
  5. Dapat menentukan reaksi pada koagulasi protein.
  6. Dapat menentukan reaksi protein dengan logam-logam berat

IV. Landasan Teori
Protein adalah sumber asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki oleh lemak dan karbohidrat. Molekul protein mengandung gula terpor belerang dan ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga. Protein yang ditemukan kadang-kadanh berkonjugasi dengan makromolekul atau mikromolekul seperti lipid, polisakarida dan mungkin fosfat. Protein terkonjugasi uang dikenal antara lain nukleoprotein, fosfoprotein, metaloprotein, lipoprotein, flaboprotein dan glikoprotein. Protein yang diperlukan organisme dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan utama, ialah pertama; protein sederhana, yaitu protein yang apabila terhidrolisis hanya menghasilkan asam amino dan yang kedua protein terkonjugasi, yaitu protein yang dalam hidrolosis tidak hanya menghasilkan asam amino tetapi menghasilkan juga komponen organik ataupun komponen anorganik yang disebut "gugus prosthetic" (Tim Praktikum Kimia Organik II, 2020).
Protein termasuk dalam senyawa yang terpenting dalam organisme hewan. Sesuai dengan peranannya protein berasal dari kata proteos yang artinya pertama. “Protein” adalah poliamina dan jika dihidrolisis protein menghasilkan asam-asam amino hanya 20 asam amino yang lazim kita temui dalam protein tumbuhan dan hewan. Namun kedua puluh asam amino ini dapat dihubungkan dengan berbagi cara membentuk otot, enzim, dan lainya. Asam-aam amino yang terdapat pada protein adalah asam α aminokarboksilat. Variasi dalam struktur monomer-monomer ini terjadi dalam rantai samping. Asa amino tidak selalu bersifat seperti senyawasenyawa organik. Titik leleh diatas 200 oC, sedangkan kebanyakan senyawa organik dengan bobot molekul sekitar itu berupa cairan pada temperature kamar, asam amino larut dalam pelarut air dan organic, tetapi tidak larut dalam pelarut nonpolar. Asam amino memiliki moment dipole yang besar, juga mereka bersifat kurang asam dibandingkan sebagian besar asam katrboksilat dan kuarang basa dibandingkan sebagian besar senyawa amina yang lain (Fessenden, 1989).
Asam amino yang merupakan suatusenyawa yang mempunyai dua gugusfungsi yaitu gugus amino dan dan gugus karboksil. Pada asam amino, gugus aminoterikat pada atom karbon yang berdekatan dengan gugus karboksil (C-α) atau dapatdikatakan juga bahwa gugus amino dan gugus karboksil dalam asam amino terikatpada atom karbon yang sama. Protein adalah salah satu makrobiomolekular yang berfungsi sebagai pembentuk struktur sel daripada makhluk hidup termasuk manusia. Protein adalah polimer dari asam-asam amina yang tersambung melalui ikatan peptida, olehkarenanya dapat juga disebut polipeptida (Chang, 2005).
Terdapat dua metode untuk menghidrolisis protein, yaitu hidrolisis asam dan hidrolisis enzimatik. Hidrolisis asam mulai dihindari oleh kebanyakan industri makanan, karena produk yang dihasilkan kurang terjamin bagi kesehatan. Hidrolisis enzimatis merupakan pilihan metode yang aman, enzim yang sering digunakan adalah bromelin, papain dan fisin. Produk hidrolisis protein mempunyai range aplikasi yang luas terkait dengan sifat fungsional atau sifat nutrisinya. Mengingat enzim protease untuk industri pangan selama ini kebanyakan masih impor dan harganya relatif mahal, maka perlu dikembangkan pemanfaatan enzim protease yang bersumber dari bahan alam lokal Indonesia, salah satunya adalah enzim bromelin yang berasal dari buah nanas (Ananas comosus) (Machin, 2012).
Menurut Setiadi, dkk (2001), ada beberapa cara dalam penguji reaksi protein yaitu:
1. Pereaksi Xantoprotein
Larutan asam nitrat pekat ditambahkan ke dalam larutan protein secara hati-hati. Setelah dicampurkan akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning bila dipanaskan. Peristiwa yang terjadi  
adalah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jadi uji ini positif untuk protein yang mengandung asam amino tirosin,  
fenilaalanin, dan triptofan.
2. Pereaksi Hopkins-Cole
Digunakan untuk menguji adanya asam amino triptofan. Khususnya yang mengandung gugus indol. 
3. Pereaksi Millon
Digunakan untuk menguji adanya gugus fenol pada protein misalnya tirosin. 
4. Pereaksi Nitroprusida
Digunakan untuk protein yang asam aminonya mempunyai gugus –SH misalnya sistein. 
5. Pereaksi Sakaguchi
Untuk uji protein yang asam aminonya mengandung gugus guanidine seperti arginin yang memberikan warna merah.


V. Alat dan Bahan
5.1 Alat
  • Tabung reaksi
  • Pipet
  • Termometer
5.2 Bahan
  • Albumin 5%
  • HCl pekat
  • HNO3 pekat
  • NaOH pekat
  • HCl 10%
  • NaOH 10%
  • CuSO4 10%
  • AgNO3 1%
  • Albumin telur
  • Asam glutamat
  • Kasein/gelatin
  • NaNO2 5%
  • HCl 5 %

VI. Prosedur Kerja
6.1 Koagulasi Protein
  • Disiapkan tabung reaksi bersih sebanyak 5 buah, masing-masing diisi dengan 2 ml larutan albumin 5 %
  • Dilakukan pemanasan perlahan dengan api kecil pada tabung 1, lalu dicatat suhu ketika protein mulai berkoagulasi. Pada tabung 2 ditambahkan 4 ml etanol dan HCl pekat. Pada tabung 3 ditambahkan HCl pekat, pada tabung 4 dimasukkan beberapa tetes HNO3 pekat, dan pada tabung 5 ditambahkan beberapa tetes NaOH pekat.
  • Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada setiap tabung dan bandingkan hasilnya.

6.2 Pengendapan Protein dan Kation
  • Disiapkan tabung reaksi bersih sebanyak 5 buah. Pada tabung 1 diisi dengan 5 ml air, pada tabung 2 diisi dengan larutan albumin 5%, pada tabung 3 diisi 5 ml air dan 4 tetes HCl 10%, pada tabung 4 diisi 5 ml larutan albumin 10% dan 4 tetes HCl 10%, pada tabung 5 diisi dengan 5 ml air dan 4 tetes NaOH 10%. Lalu pada tabung terakhir diisi dengan 5ml albumin 10% tetes dan 4 tetes NaOH 10%.
  • Dimasukkan 2 ml larutan CuSO4 10% pada masing-masing tabung.
  • Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada setiap tabung

6.3 Pengaruh Logam Berat Pada Protein dan Larutan Asam Amino
  • Dicampurkan beberapa tetes larutan AgNO3 1% dengan 1 ml dari albumin telur, gelatin, dan larutan asam glutamate pada tabung berbeda
  • Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada setiap tabung

6.4 Reaksi Warna Biuret Untuk Protein
  • Dimasukkan 1 ml larutan albumin 5 % kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 ml larutan NaOH 10%. Kemudian ditambahkan 1 tetes larutan CuSO4 1%.
  • Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada setiap tabung

6.5 Reaksi Xanthoproteat dengan Protein
  • Dimasukkan sejumlah kecil serbuk kasein/gelatin kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 1 ml HNO3 pekat dan dipanaskan secara perlahan.
  • Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi pada setiap tabung


Link Video terkait percobaan :


Permasalahan :
  1. Apa tujuan dari penambahan CuSO4 10% kesetiap tabung pada pengendapan protein dan kation?
  2. Bagaimana pengaruh jika HCl yang digunakan diganti dengan H2SO4 atau HBr terhadap hasil perlakuan Koagulasi Protein?
  3. Pada reaksi Xanthoproteat dengan protein, adanya penambahan HNO3 pelat 1 ml secara perlahan. Jadi, apa pengaruh ditambahkannya HNO3 terhadap hasil dan bagaimana hasilnya?

Laporan Percobaan XI "Uji Karbohidrat"

LAPORAN PERCOBAAN XI
“UJI KARBOHIDRAT”






NAMA : KELANTAN
NIM : A1C118023


DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020










VII. Data Pengamatan
6.1. Uji Molish


6.2 Uji Iodium


6.3 Uji Benedict


VIII. Pembahasan
6.1 Uji Molish
Uji molisch adalah uji umum untuk karbohidra karena sangat efektif untuk senyawa-senyawa yang dapat dihidrolisis oleh asam pekat menjadi senyawa kultural atau senyawa kultural tersubstitusi seperti hidroksimetil furfural. Terjadinya perubahan warna disebabkan oleh kondensasi kultural atau di derivatnya dengan alfa naftol. 
Dalam uji karbohidrat ini, dilakukan uji pada beberapa bahan, yaitu terasi, otot bandeng, ikan bandeng, dan ikan rebus. Perlakuan pertama yaitu digerus masing-masing bahan dengan menggunakan mortal lalu ditambahkan air aquades. Dimana, digunakannya mortal yaitu untuk memperhalus dan aquades digunakan untuk melarutkan sampel. Hasilnya, mula-mula gelas kimia 1 (terasi) sampel berwarna coklat susu, gelas kimia 2 (otot bandeng) sampel berwarna bening, gelas kimia 3 (ikan bandeng) sampel berwarna coklat gelap dan gelas kimia 4 (ikan rebus) berwarna keruh. Selanjutnya, dimasukan masng masing sampel kedalam tabung reaksi sebnayak 15 tetes , setelah itu masing-masing sampel dimasukan pereaksi molish sebanyak 3 tetes aduk hingga rata. Pereaksi molish ini digunakan untuk menunjukkan adanya karbohidrat pada sampel. Adapun hasil yang didapatkan yaitu tabung reaksi 1 sampel berwarna ungu, tabung reaksi 2 sampel berwarna ungu, tabung reaksi 3 sampel berwarna coklat gelap dan tabung reaksi 4 sampel berwarna kuning gelap.
Setelah ditambahkan pereaski molisch, selanjutnya ditambahkan masing-masing sampel dengan H2SO4 sebanyak 1 ml. Adapun tujuan ditambahkannya asam sulfat akan menghidrasi karbohidrat membentuk furfural ,alfa naftanol bereaksi dengan furfural yang akan membentuk senyawa ungu. Hasil yang didapatkan yaitu tabung reaksi 1 tebentuk cincin ungu, tabung reaksi 2 terbentuk dua lapisan dimana lapisan atas berwarna ungu dan lapisan bawah berwarna kuning , dan terdapat bentuk cicin yang menandakan adanya kandungan karbohidrat, tabung reaksi 3 terbentuk 3 lapisan. lapisan atas berwarna coklat keruh lapisan tengah ungu,lapisan bawah berwarna bening dan tabung reaksi 4 terbentuk 3 lapisan lapisan bawah berwarna bening, lapisan tengah berwarna ungu dan lapisan atas berwarna coklat gelap.

6.2 Uji Iodium
Uji iodin atau uji iodium merupakan salah satu metode pengujian yang digunakan untuk membedakan atau memisahkan polisakarida dari disakarida dan monosakarida. Iodium memberikan warna kompleks dengan polisakarida. Amilum memberikan warna biru pada iodium, sedangkan glikogen dan tepung yang sudah dihidrolisis sebagian (eritrodekstrin) memberikan warna merah sampai coklat dengan Iodium.
Dalam uji karbohidrat ini, dilakukan uji pada beberapa sampel yaitu amilum, glukosa, laktosa, sukrosa dan fruktosa. Perlakuan pertama yaitu disiapkan 5 tabung reaksi dan dimasukkan masing-masing sampel sebanyak 5 ml. Mula mula pada tabung reaksi 1 (amilum) berwarna bening, tabung reaksi 2 ( glukosa) berwarna bening, tabung reaksi 3 (laktosa) berwarna bening, tabung reaksi 4 (sukrosa) berwarna bening dan tabung reaksi 5 (fruktosa) berwarna bening. Selanjutnya, ditambahkan larutan iodin sebanyak 3 tetes ke dalam masing-masing sampel, lalu diaduk. Dimana, larutan iodin bertujuan untuk menunjukkan adanya karbohidrat. Hasil yang didapatkan yaitu pada tabung reaksi 1 (amilum) berwarna ungu pekat, tabung reaksi 2 (glukosa) berwarna kuning bening, tabung reaksi 3 (laktosa) berwarna kuning keemasan, tabung reaksi 4 (sukrosa) berwarna kuning keemasan dan tabung reaksi 5 (fruktosa) berwarna kuning keemasan. 

6.3 Uji Benedict
Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. 
Dalam uji karbohidrat ini, dilakukan uji pada larutan glukosa. Perlakuan pertama yaitu disiapkan 2 tabung reaksi yang masing-masing dimasukkan dengan benedict ± 3 ml dimana dihasilkan larutan benedict berwarna biru. Selanjutnya, pada tabung 1 ditambahkan pereaksi glukosa ± sebanyak 1 ml sedangkan pada tabung 2 ditambahkan pereaksi gom arap ± sebanyak 1 ml. Dimana, uji ini dilakukan untuk mengetahui golongan karbohidrat yang merupakan gula pereduksi. Adapun hasil yang didapat yaitu pada tabung 1 larutan berwarna biru muda dan tabung 2 juga larutan berwarna biru muda. Oleh karena itu, dilakukan pemanasan dengan dimasukkan tabung reaksi 1 dan tabung reaksi 2 ke penangas air ± selama 5 menit. Pemanasan ini dilakukan untuk mempercepat terjadinya reaksi sehingga akan cepat mengalami perubahan warna. Hasil yang didapatkan yaitu tabung reaksi 1 larutan berwarna merah bata dan tabung reaksi 2 tidak terjadi perubahan warna (larutan tetap berwarna biru muda).


IX. Pertanyaan Pasca Praktek
  1. Pada uji molish terdapat penambahan H2SO4. Jika peran H2SO4 diganti dengan HCl bagaimana pengaruhnya terhadap hasil uji tersebut?
  2. Pada uji iodium, jika semakin banyak/sedikit larutan iodin yang digunakan (misal 2ml atau 4 ml) maka bagaimana pengaruh banyaknya larutan iodin yang digunakan terhadap uji ini?
  3. Pada uji benedict, faktor apa yang menjadi penentu bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan teori?

X. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
  1. Karbohidrat dapat dibedakan menjadi monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Ketiga karbohidrat ini memiliki sifat larut dalam air tetapi tidak larut dalam pelarut organik.
  2. Monosakarida merupakan karbohidrat yang paling sederhana. Oligosakarida merupakan senyawa yang dihidrolisis menghasilkan 2 sampai 6 gula monosakarida sedangkan polisakarida merupakan monomer-monomer yang berasal dari monosakarida.
  3. Pada Uji karbohidrat ini dapat dilakukan dengan berbagai cara uji yaitu Uji molish, Uji selliwanof, Uji benedict, Uji fehlingdan Uji Iodium.
  4. Hasil percobaan ini yaitu pada uji molish positif mengandung karbohidrat bila terbentuk warna violet atau ungu pada tabung reaksi seperti cincin, pada uji iodium positif mengandung amilum (polisakarida) bila berwarna biru atau ungu pekat dan pada uji benedict positif monosakarida (glukosa) bila terbentuk larutan berwarna merah bata.

XI. Daftar Pustaka
Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Bintang, Maria. 2010. Biokimia Teknik Penelitian. Jakarta: Erlangga.
Kartasapoetra dan Marsetyo. 1995. Ilmu Gizi (Korelasi Gizi, Kesehatan, dan Produktivitas Kerja). Jakarta: Rineka Cipta.
Sediaoetama, Ahmad Djaeni. 200. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid 1. Jakarta: Dian Rakyat.
Tim Praktikum Kimia Organik II. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi : Universitas Jambi.

Senin, 14 Desember 2020

Laporan Percobaan X "Isolasi Senyawa p-metoksi Sinamat Dari Kencur"

LAPORAN PERCOBAAN X
“ISOLASI SENYAWA P-METOKSI SINAMAT DARI KENCUR”





NAMA : KELANTAN
NIM : A1C118023


DOSEN PENGAMPU :
Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2020










VII. Data Pengamatan


VIII. Pembahasan
Etil p-metoksi sinamat (EPMS) atau C12H14O3 merupakan salah satu senyawa yang dihasilkan dari isolasi rimpang kencur (Kaempferia galanga L). Etil p-metoksisinamat termasuk senyawa turunan asam sinamat yang dengan demikian jalur biosintesis senyawa EPMS adalah melalui jalur biosintesis asam sikhimat.
Pada percobaan kali ini mengenai Isolasi Senyawa p-Metoksi Sinamat dari Kencur. Dimana, perlakuan pertama adalah menggunakan 100 gr serbuk kencur direndam dengan etanol sebanyak 150 ml diaduk dan didiamkan selama 24 jam. Dilakukannya perlakuan ini bertujuan untuk dilakukan ekstraksi dengan hasil larutan tersebut berwarna kuning kecoklatan dan masih ada terdapat serbuk kencur. Selanjutnya dilakukan penyaringan dan diambil filtratnya di erlenmeyer ditambahkan sisa serbuk tadi dan ditambahkan lagi 100 ml etanol lalu disaring kembali dan diambil filtratnya kembali. Fungsi ditambahkan etanol disini karena etanol bertindak sebagai pelarut dan fltrat kencur berwarna kuning kecoklatan. Perlakuan selanjutnya adalah dilakukan pemekatan dengan rotary evaporator sampai volume fitrat sepertiga volume awal dari yang kita dapatkan pada proses maserasi. Fungsi pemekatan disini adalah untuk menghilangkan pelarut dan selanjutnya dimasukkan aquades secara perlahan melalui dinding gelas kimia setelah selesai, tutup dengan alumunium foil. Tujuannya adalah untuk memaksimalkan jumlah kristal yang akan terbentuk nantinya dan hasilnya larutan menjadi putih. Larutan tadi diletakkan dalam freezer selama 1/2 jam bertujuan untuk membentuk endapan dan terbentuk endapan dibagian bawah sehingga terbentuk endapan dibagian bawah.
Setelah  dilakukan pendinginan, larutan tersebut disaring menggunakan corong buchner dengan hasil didapatkan kristal yang belum murni karena masih berwarna kuning kecoklatan. Karena kristal yang didapat masih belum murni, lalu dilakukan rekristalisasi dengan dicampurkan air dan etanol dalam keadaan panas untuk mendapatkan kristal yang murni dengan hasil larutan berwarna kuning keruh. Setelah itu pindahkan kecawan petri dan kita uapkan selama 3 hari yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air dan terbentuklah kristal putih. Lalu dimasukkan kedalam desikator yang bertujuan untuk dilakukan pengeringan dan menghilangkan sisa-sisa pelarut dan terakhir, ditimbang bobot konstant sehingga didapatkan kristal yang murni sebanyak 30 gram.

IX. Pertanyaan Pasca Praktek
  1. Pada percobaan ini terdapat perlakuan yaitu penguapan selama 3 hari. Mengapa penguapan dilakukan selama 3 hari dan bagaimana pengaruh hasil yang didapatkan jika penguapannya dilakukan 2 hari?
  2. Pada percobaan ini dilakukan ekstraksi dengan cara maserasi. Jika cara maserasi diganti dengan cara sokletasi, bagaimana pengaruh hasil percobaan ini dan apakah cara sokletasi lebih baik dari maserasi?
  3. Perlakuan frezeer pada percobaan ini dilakukan selama 1 jam dan ada juga yang dilakukan selama 3 hari. Bagaimana pengaruh waktu  dan suhu pada proses pendinginan terhadap hasil percobaan ini?

X. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :
  1. Isolasi flavonoid dapat dilakukan dengan metode ekstraksi yaitu dengan cara maserasi atau sokletasi.
  2. Fenil propanoid merupakan senyawa fenol alam yang mempunyai cincin aromatik dengan rantai samping terdiri dari 3 atom karbon. Senyawa fenil propanoid berasal dari turunan sinamat berbentuk kristal putih dan sedikit larut dalam air.

XI. Daftar Pustaka
Asyaharst. 2011. Isolasi p-Metoksi Sinamat dari Kencur Kaempferia Galanga L dan Sintesis Asam p-Metoksi Sinamat Sintesis Turunannya dan Penetapan Struktur. Jurnal Kimia. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.
Fareza, dkk. 2017. Tranformasi Etil p-metoksi sinamat menjadi asam p-metoksi sinamat dari kencur beserta uji aktifasi antibakterinya. Jurnal Penelitian Kimia. Vol 13 No.2.
Fessenden dan Fessenden. 1984. Kimia Organik. Jakarta : PT. Granmedia.
Salamat, Achmadi. 2003. Kimia Organik. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Tim Praktikum Kimia Organik, 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi : Universitas Jambi.

Rabu, 09 Desember 2020

Jurnal Percobaan XI "Uji Karbohidrat"

JURNAL PERCOBAAN XI

“UJI KARBOHIDRAT”






NAMA : KELANTAN

NIM : A1C118023


DOSEN PENGAMPU :

Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020







PERCOBAAN XI


I. Judul : Uji Karbohidrat

II. Hari, tanggal : Jum'at, 11 Desember 2020

III. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

  1. Dapat mengetahui karbohidrat yang lazim dan sifat fisisnya
  2. Dapat mengetahui dan mempelajari perbedaan sifat fisis dan kimia dari monosakarida, disakarida dan polisakarida
  3. Dapat mengetahui reaksi karbohidrat dengan kimiawi dasar dari gugus fungsi
  4. Dapat mempelajari dan mengetahui beberapa reaksi karbohidrat yang penting dalam metabolisme


IV. Landasan Teori

Karbohidrat merupakan senyawa dengan rumus molekul CN(H2O)n. Karbohidrat adalah turunan aldehid atau keton dari alkohol pelihidroksi atau senyawa turunan sebagai hasil hidrolisis senyawa kompleks. Karbohidrat dihasilkan oleh tumbuhan yang merupakan cadangan makanan yang disimpan dalam akar, batang dan biji sebagai pati (Amilin). Karbohidrat terdiri dari 3 kelompok yaitu monosakarida, oligosakarida dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat yang paling sederhana. Oligosakarida merupakan senyawa yang dihidrolisis menghasilkan 2 sampai 6 gula monosakarida sedangkan polisakarida merupakan monomer-monomer yang berasal dari monosakarida (Tim Praktikum Kimia Organik II, 2020).

Karbohidrat terdiri dari unsur C, H, dan O. Jumlah atom hidrogen dan oksigen merupakan perbandingan 2:1. Karbohidrat dapat dibedakan menjadi: monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida. Monosakarida ialah karbohidrat yang paling sederhana yang tidak dapat dihidrolisis menjadi karbohidrat lain. Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa, karena terdiri atas 6-rantai atau cincin karbon. Menurut Sunita Almatsier, ada tiga jenis heksosa yang penting dalam ilmu gizi, yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa. Ketiga macam monosakarida ini mengandung jenis dan jumlah atom yang sama, yaitu 6 atom karbon, 12 atom hidrogen, dan 6 atom oksigen. Perbedaannya hanya terletak pada cara penyusunan atom-atom hydrogen dan oksigen di sekitar atom-atom karbon (Almatsier, 2009).

Glukosa terdapat luas di alam dalam jumlah sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sari pohon, dan bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Selain dari sumber tersebut, glukosa dihasilkan pula sebagai hasil cernaan pati menjadi dekstrin, dekstrin berubah menjadi maltose, dan akhirnya menjadi dua molekul gula glukosa. Glukosa memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Dalam proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Dalam keadaan normal, system syaraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energy. Fruktosa, dinamakan juga levulosa atau gula buah adalah gula paling manis. Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa, C6H12O6 namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsang jonjot kecapan lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Gula ini terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam buah, nektar bunga, dan juga di dalam sayur (Kartasapoetra dan Marsetyo, 1995).

Karbohidrat juga merupakan bagian dari struktur sel, dalam bentuk glikoprotein. Reseptor seluler yang terdapat pada permukaan membrane sel adalah suatu glikoprotein. Selain itu, di dalam hidangan karbohidrat memudahkan pemberian bentuk kepada makanan, misalnya dalam bentuk kue. Dalam proses fermentasi, karbohidrat mempunyai sifat-sifat khusus untuk mendapatkan hasil olah yang disukai konsumen. Jika panaskan pada suhu tinggi, karbohidrat menjadi caramel yang beraroma khas. Mono dan disakarida berfungsi sebagai pemanis di dalam makanan. Rasa manis merupakan kualitas kecapan yang disenangi manusia sejak lahir. Kalau seorang bayi atau anak kecil diberi pilihan dari berbagai rasa (manis, pahit, asin, dan asam) maka rasa manis akan menjadi pilihan utama. Tingkat manis sebagai standard yaitu sukrosa (100), fruktosa (173), glukosa (74), galaktosa (32), maltose (32), dan laktosa (16) (Sediaoetama, 2000).

Menurut Bintang (2010). Uji kualitatif karbohidrat  yang mendasarkan pada pembentukan warna dapat dilakukan  dengan cara: 

a. Uji molish

Uji ini berlaku umum, baik untuk aldosa maupun  ketosa. Caranya, karbohidrat ditambah H2SO4 melalui dinding-dinding tabung. Asam sulfat akan menyerap air  dan membentuk furfural yang selanjutnya dikopling  dengan α-naphtol membentuk senyawa gabungan berwarna  ungu. Jika yang dideteksi pentose akan terbentuk furfural,  sementara itu jika aldosa yang dideteksi akan terbentuk  hidroksi metilfurfural.14 

b. Uji selliwanof

Uji ini positif terhadap ketosa, misal fruktosa. Akan tetapi negative terhadap aldosa. Pereaksi dibuat dengan  mencampurkan resorsinol dengan HCl pekat kemudian  diencerkan dengan akuades. Uji dilakukan dengan  menambahkan larutan sampel ke dalam pereaksi lalu  dipanaskan dalam air mendidih. Adanya warna merah  menunjukkan adanya ketosa.

c. Uji benedict

Uji ini positif untuk gula pereduksi/ gula inversi seperti glukosa dan fruktosa. Caranya gula reduksi ditambahkan dengan campuran CuSO4 (tembaga sulfat), natrium sitrat  (NaSO3) dan natrium karbonat (NaCO3) lalu dipanaskan  maka akan terbentuk endapan kupro oksida (Cu2O) yang  berwarna merah coklat. Uji ini terjadi dalam suasana basa/alkalis karena gula  akan mereduksi dalam suasana basa. Natrium sitrat  berfungsi sebagai pengkelat Cu dengan membentuk  kompleks Cu- sitrat. Natrium karbonat berfungsi untuk  menciptakan suasana basa. Berikut ini bentuk reaksi yang  terjadi pada uji benedict. 

d. Uji fehling

Uji ini hampir sama dengan uji benedict yang bertumpu pada adanya gula pereduksi pada karbohidrat. Cara ujinya:  gula reduksi ditambah campuran larutan CuSO4 dalam  suasana alkalis (dengan ditambah NaOH) dan ditambah dengan Chelating agent, lalu dipanaskan maka akan terbentuk endapan kupro oksida. 

e. Uji iodium

Polisakarida dengan penambahan iodium akan membentuk kompleks adsorpsi berwarna yang spesifik. Amilum atau pati yang dengan iodium menghasilkan warna biru, dekstrin menghasilkan warna merah anggur, sedangkan glikogen dan sebagian pati yang terhidrolisis akan membentuk warna merah.


V. Alat dan Bahan

5.1 Alat

  • Tabung reaksi
  • Termometer
  • Pipet tetes
  • Pipet volume
  • Bulb (filler)
  • Kompor listrik/spiritus
  • Pengaduk Kaca
  • Mortar
  • Stopwatch
  • Gelas Kimia 100 dan 200 ml   

5.2 Bahan

  • Glukosa
  • Sukrosa
  • Selulosa (Pati)
  • Asam sulfat pekat (H2SO4)
  • Asam Klorida (HCl)
  • Natrium Hidroksida (NaOH)
  • Peraksi Molisch
  • Larutan Iod
  • Pereaksi Tollens
  • Pereaksi Fehling A dan B
  • Pereaksi Basa Kuat
  • Pereaksi Iod
  • Aquades


VI. Prosedur Kerja

6.1 Uji Molisch

  • Disiapkan tabung reaksi bersih, masing-masing diisi dengan 5 ml larutan gula (glukosa, sukrosa, pati atau selulosa dalam air).
  • Ditambahkan 1 tetes pereaksi molisch (alfa naftol dalam alkohol), kocok perlahan.
  • Dimiringkan tabung dan ditambahkan 5 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung.
  • Diperhatikan warna yang terbentuk pada batas pertemuan dari dua lapisan cairan dalam tabung berupa cincin merah/violet. Bila campuran dikocok dan diencerkan dengan 5 ml air terbentuk warna ungu tua.


6.2 Reaksi Glukosa

a) Dengan pereaksi Fehling

  • Disiapkan tabung reaksi bersih, dimasukkan 2 ml larutan fehling A dan 2 ml larutan fehling B dilanjutkan dengan menambahkan beberapa tetes larutan glukosa.
  • Dikocok perlahan, lalu masukkan tabung reaksi kedalam penangas air mendidih.
  • Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi, lalu tuliskan reaksinya


b) Dengan pereaksi Benedict

  • Disiapkan tabung reaksi bersih, dimasukkan 2 ml pereaski benedict, lalu ditambahkan beberapa tetes glukosa.
  • Diaduk perlahan, lalu dimasukkan kedalam penangas air mendidih.
  • Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi, lalu tuliskan reaksinya.


c) Dengan pereaksi Tollens

  • Disiapkan tabung reaksi bersih, dimasukkan 2 ml pereaski tollens, lalu ditambahkan beberapa tetes glukosa.
  • Diaduk perlahan, lalu dimasukkan kedalam penangas air mendidih sampai terbentuk cermin perak pada tabung reaksi.
  • Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi, lalu tuliskan reaksi pembentukan cermin perak


d) Uji Iod

  • Dimasukkan sampel glukosa, sukrosa, selulosa (pati) sebanyak 5 ml kedalam tabung reaksi.
  • Ditambahkan 5 tetes larutan iod
  • Diamati perubahan warna yang terjadi.


e) Dengan basa kuat

  • Disiapkan tabung reaksi bersih, dimasukkan 2 ml larutan glukosa 10% dan 0,5 ml NaOH 25%.
  • Diaduk perlahan dan dipanaskan dalam air mendidih selama 5 menit.
  • Diperhatikan rupa dan bau zat yang terbentuk dan hasil reaksinya.


f) Reaksi Sukrosa

  • Dilarutkan 1,5 gram sukrosa dalam 200 ml air.
  • Dilakukan percobaan B (1,2,3 dam 4) menggunakan sukrosa sebagai pengganti glukosa.


g) Reaksi Laktosa

  • Dilarutkan 1,5 gram sukrosa dalam 200 ml air.
  • Dilakukan percobaan B (1,2,3 dam 4) menggunakan sukrosa sebagai pengganti glukosa.


6.3 Reaksi Pati

  • Digerus sebanyak 0,5 gram pati menggunakan mortar kecil dengan sedikit air hingga terbentuk pasta.
  • Dipindahkan pasta kedalam gelas piala, tambahkan air dan lakukan dekantasi sebanyak 3 kali dengan air sampai cairan diatas endapan menjadi bening.
  • Dipindahkan pati yang telah dicuci kedalam gelas piala berisi 100 ml air mendidih sambil dikocok perlahan.
  • Dilakuan percobaan menggunakan pereaksi fehling, basa kuat dan pereaksi iod dengan menggunakan 2 ml larutan suspense zat pati setiap percobaan.
  • Diamati seksama dan catat perubahan yang terjadi pada setiap pereaksi yang digunakan.


6.4 Reaksi Pati yang dihidrolisis

  • Dimasukkan 10 ml larutan pati pada sisa percobaan diatas dalam tabung reaksi, lalu tambahkan 1 ml HCl pekat dan panaskan perlahan dengan api kecil.
  • Bila suhu mencapai 80°C, diteteskan sedikit cairan tersebut pada larutan iodium dalam sebuah lempeng penguji warna.
  • Dilanjutkan pemanasan sampai larutan mendidih sambil setiap menit dilakukan uji warna. Dilakukan 5/6 kali atau sampai tidak terjadi lagi perubahan warna larutan.
  • Diamati dan mencatat setiap perubahan warna serta menetralkan larutan zat pati yang telah dihidrolisis tadi dengan larutan NaOH 10%, lalu uji menggunakan pereaksi fehling.


Link video terkait percobaan X :

https://youtu.be/j4sYs4f-UPM

https://youtu.be/-OFCo_FItPg

https://youtu.be/bZMuE8k1DNQ


Permasalahan :

  1. Pada percobaan ini menggunakan sukrosa dan glukosa. Bagaimana jika sukrosa atau glukosa diganti dengan fruktosa dan pengaruhnya terhadap hasil produk?
  2. Pada Reaksi Pati yang dihidrolisis, salah satu perlakuannya terdapat penambahan HCl pekat. Jika HCl diganti dengan H2SO4 sebagai katalisnya, bagaimana pengaruhnya terhadap hasil dari reaksi tersebut?
  3. Mengapa pada percobaan reaksi sukrosa dan laktosa, sukrosa dapat menggantikan fungsi dari penggunaan glukosa?

Selasa, 08 Desember 2020

Jurnal Percobaan X "Isolasi Senyawa p-metoksi Sinamat Dari Kencur"

 JURNAL PERCOBAAN X

“ISOLASI SENYAWA P-METOKSI SINAMAT DARI KENCUR”






NAMA : KELANTAN

NIM : A1C118023


DOSEN PENGAMPU :

Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020







PERCOBAAN X


I. Judul : Isolasi Senyawa p-metoksi Sinamat Dari Kencur

II. Hari, tanggal : Jum'at, 11 Desember 2020

III. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah :

  1. Dapat menguasai teknik isolasi bahan alam khususnya fenilflavonoid
  2. Dapat mengenal sifat-sifat kimia fenil propanoid melalui reaksi-reaksi pengenalan yang spesifik.


IV. Landasan Teori

Kencur (Kaemferiam galangal L) merupakan tanaman yang banyak tumbuh di perkebunan dan pekarangan daerah kawasan tropis, dan biasanya sering digunakan sebagai bumbu dapur yang memiliki banyak manfaat sehingga sering kali di konsumsi singular sebagai obat tradisional Indonesia. Tumbuhan ini banyak mengandung senyawa kimia berupa etil p-metoksi sinamat, etil sinamat merupakan komponen utama, p-metoksistiren dll. Persentase etil p-metoksi sinamat di dalam kencur cukup tinggi hingga mencapai 10 %, sehingga dapat dengan mudah diisolasi dari umbi kencur dengan mengguanakan pelarut etanol ataupun petroleum (Tim Kimia Organik II, 2020).

Rimpang kencur berada di bawah dasar tanah berbentuk gerombolan bercabang dimana induk dari rimoangnya terletak di tengah. Rimpang kencur mengandung banyak air ndi dalam nya dengan bentuk fisik sebelum dikupas berwarna kecoklatan dan di dalam nya setelah di kupas berwarna putih dan terkadang kekuningan dengan bau yang khas. Tanaman kencur memiliki kandungan kimia meliputi minyak atsiri dengan persentase sekitar 2,4-2,9 % dimana senyawa ini terdiri dari etil para metoksisinamat, bornelol, kamfer, sineol, pentadekana. Terdapatnya kandngan etil para metoksisinamat di dalam rimpang kencur ini terindikasi sebagai senyawa turunan sinamat (Fessenden, 1984).

Tanaman kencur (Kaemfria galangal. L) dikenal sebagai tanaman yang kaya manfaatnya. Disamping digunakan sebagai penyedap makanan, kencur ini juga digunakan sebagai bahan dalam ramuan obat tradisional. Salah satu senyawa etil ester yang terdapat dalam kencur yaitu etil para metoksi sinamat yang tergolong fenil propanoid. Etil para metoksi sinamat termasuk kedalam golongan senyawa ester yang mengandung cincin benzene dan gugus metoksi yang bersifat non-polar. Sehingga, dalam ekstraksinya dapat menggunakan pelarut-pelarut yang mempunyai variasi kepolaran yaitu etanol, etil asetat, methanol, air dan heksana (Asyharist, 2011).

Rimpang kencur mengandung beberapa senyawa seperti minyak atsiri (2,5-4%), etil sinamat, dinamaldehid, evkalipazol, asam metal p-kromat, etil ester dan etil p-metoksi sinamat. Etil p-metoksi sinamat merupakan salah satu kandungan fitokimia utama dari tanaman rimpang kencur yang biasa digunakan untuk kosmetik, menanam, insektisida dan obat. Reaksi hidrolisis etil p-metoksi sinamat dilakukan dalam suasana basa. Reaksi hidrolisis suatu ester dalam suasana basa dikenal pula dengan reaksi saponifikasi. Mekanisme reaksi yang terjadi pada reaksi hidrolisis ester dalam suasana basa adalah melalui tahap adisi-nukleofilik dari basa OH- terhadap gugus karbonil yang membentuk intermediet tetrahedral. Reaksi pada tahap ini biasanya berlangsung dengan lambat (Fareza, dkk. 2017).

Dalam ektraksi suatu senyawa yang harus diperhatikan adalah kepolaran antara pelarut dengan senyawa yang diekstrak, keduanya harus memiliki kepolaran yang sama atau mendekati sama. Etil p-metoksi sinamat adalah suatu ester yang mengandung cincin benzene dan gugus metoksi yang bersifat nonpolar dan mengandung gugus karbonil yang mengikat etil yang bersifat agak polar menyebabkan senyawa ini mampu larut dalam beberapa pelarut dengan kepolaran bervariasi. Biasanya dalam penilitian ini pelarut yang digunakan adalah heksana, etil asetat, alcohol, aquades dan dietil eter (Selamat, 2003).


V. Alat dan Bahan

5.1 Alat

  • Erlenmeyer 250ml
  • Kertas saring
  • KLT
  • Udara Penangas
  • Corong Buchner
  • Labu bulat
  • Corong biasa
  • Penasihat
  • Alat ukur TI

5.2 Bahan

  • Kencur yang telah ditumbuk
  • Kloroform
  • Etanol
  • NaOH
  • Methanol
  • Asam sulfat klorida


VI. Prosedur Kerja

a) Isolasi Etil p-Metoksi Sinamat

  • Dimasukkan serbuk ke 250 ml Erlenmeyer
  • Direndam dengan 100 ml kloroform
  • Dihangatkan pada penangas air sambil digoyang-goyang
  • Dibiarkan selama setengah jam pada suhu kamar kemudian saring
  • Dipisahkan residu kencur dan sekali lagi perkolasi sekali lagi menggunakan pelarut dengan jumlah yang sama
  • Digabungkan Filtrat Diperoleh dan dipekatkan di bawah tekanan rendah (volume) hingga volume kira-kira setengahnya
  • Didinginkan penyelesaian pekat dalam air, padatan yang terbentuk menyimpang dengan corong Buchner, filtrat dipekatkan sekali lagi dan padatan yang kedua setelah disaring digabung kemudian ditimbang
  • Dihitung rendemennya! Reksistalisasi dilakukan dalam klorofrom, kemudian menilai titik lelehnya dan membandingkan dengan sastra (45-50ºC)


b) Pemeriksaan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

  • Dilarutkan sampel kristal hasil isolasi dalam petroleum eter menggunakan kapiler ditotolkan pada plat KLT ukuran 2x5 cm.
  • Digunakan etil p-metoksi sinamatdan asam p-metoksi sinamat standar sebagai pembanding pada jarak 0,5 cm dari bawah
  • Dimasukkan dalam ruang yang telah dijenuhkan dengan eluen kloroform, pengamatan bercak dilakukan dengan melihat di bawah lampu UV atau dimasukkan ke ruang iodium
  • Dihitung rf-nya dan dibandingkan dengan standar


c) Pemeriksaan Spektroskopi Ultra Violet

  • Dilarutkan Kristal hasil isolasi dalam methanol
  • Dibuat spektrum ultra violetnya pada panjang gelombang 200-300 nm


d) Pemeriksaan Spektroskopi Infra Merah

  • Dibuat pelet Kristal hasil isolasi dengan KBr kering
  • Dibuat spektrum infra merahnya


Link video terkait percobaan X :

https://youtu.be/Y_afKefbuwA


Permasalahan :

  1. Pada percobaan ini salah satu perlakuan yaitu dilakukan uji KLT. Bagaimana pengaruh hasil yang diperoleh jika uji KLT tidak dilakukan?
  2. Mengapa pada pemeriksaan spektroskopi infra merah, KBr yang digunakan dalam keadaan kering? Apa yang terjadi jika KBr basah?
  3. Mengapa harus dilakukan perendaman yang cukup lama terlebih dahulu sebelum melakukan proses ekstraksi?


Senin, 07 Desember 2020

Laporan Percobaan IX "Isolasi Senyawa Bahan Alam (Flavonoid)"

LAPORAN PERCOBAAN IX

“ISOLASI SENYAWA BAHAN ALAM (FLAVONOID)”





NAMA : KELANTAN

NIM : A1C118023



DOSEN PENGAMPU :

Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si.



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020




VII. Data Pengamatan


VIII. Pembahasan

Isolasi flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi, yakni dengan cara maserasi atau sokletasi menggunakan pelarut yang dapat melarutkan flavonoid. Flavonoid pada umumnya larut dalam pelarut polar, kecuali flavonoid bebas seperti isoflavon, flavon, flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut dalam pelarut semipolar. Senyawa flavonoid diisolasi dengan tekhnik maserasi,mempergunakan poelarut methanol teknis. 

Dalam percobaan ini mengenai Isolasi Senyawa Bahan Alam (Flavonoid) pertama-tama senyawa bahan alam yang digunakan adalah kunyit. Dimana, serbuk kunyit ditimbang sebanyak 5 gram. Lalu, serbuk kunyit yang telah ditimbang tadi dibungkus menggunakan kertas saring 10 x 10 cm dan diikat dengan benang perlakuan ini berfungsi sebagai penarikan komponen. Setelah itu dimasukkan dalam ekstraktor soklet, dan memasukkan 150 ml etanol kedalam gelas beker lalu ditutup rapat agar etanol tidak menguap. Hasilnya larutan etanol berwarna bening. Perlakuan selanjutnya adalah dimasukkan batu didih kedalam labu alas bulat dan dipasang setiap sambungan pada alat soklet. Fungsi batu didih disini adalah untuk meratakan panas sehingga panas menjadi homogen pada seluruh bagian larutan pada saat itu larutan menjadi berwarna kuning keemasan. Perlakuan selanjutnya adalah dilakukan proses ekstraksi secara kontinu selama 90 menit. Fungsi dilakukannya ekstraksi disini adalah untuk pemisahan komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyarian secara berulang. Dengan 1 siklus terjadi Ketika larutan penyari turun ke dalam labu alas bulat, warna larutan berwarna emas kecoklatan. dalam ekstraksi ini berlangsung selama 90 menit terjadi 8 siklus.

Setelah diekstraksi, larutan dipindahkan kedalam gelas beker 250 ml dan ditambahkan 10 ml Pb asetat 0,1 M sambal diaduk hingga membentuk endapan. Ditambahkannya Pb asetat sebagai reagen dalam mempercepat reaksi dimana larutan berwarna merah bata dan terdapat endapan. Lalu endapan yang terbentuk didasar gelas ditambahkan 10 ml asam sulfat 0,2 M sebagai katalis dengan hasil larutan berwarna coklat tua. Barulah larutan tadi disaring menggunakan penyaring buchner. Fungsinya disini untuk menyaring larutan agar endapan tidak ikut dalam larutan. Hasilnya terdapat filtrat berwarna coklat tua, dan ada endapan kuning diatas corong bucner. Lalu dipindahkan endapan kedalam gelas beker yang telah ditimbang dan ditambahkan 5 ml etanol p.a lalu dan dipanaskan dalam panci penangas pada lemari asam agar terekstrak sempurna dalam pelarut etanol dan menguap hingga endapan kering. Dan hasilnya larutan berwarna orange dan masih terdapat sedikit endapan. Setelah mendapatkan endapan yang kerinh, ditimbang endapan kering itu lalu dicatat masa nya dengan berat endapan sebesar 0,2467 gr. Dan akhirnya diuji titik leleh nya menggunakan MPA dan hasil titik lelehnya yaitu 189°C sedangkan secara teori adalah 183°C.


IX. Pertanyaan Pasca Praktek

  1. Pada percobaan ini menggunakan pelarut etanol. Jika etanol diganti dengan metanol, bagaimana pengaruh terhadap hasil ekstraksi tersebut?
  2. Apa yang menjadi faktor lamanya proses ekstraksi dan bagaimana pengaruh waktu tersebut terhadap produk Flavonoid hasil ekstraksi tersebut?
  3. Pada percobaan ini menggunakan cara sokletasi, sedangkan biasanya ekstraksi Flavonoid menggunakan cara maserasi. Jadi, apa pengaruh dari kedua  cara tersebut dan cara mana yang menghasilkan hasil ekstraksi yang berkualitas?


X. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah :

  1. Teknik-teknik isolasi bahan alam khususnya flavonoid yaitu ekstraksi. Cara ekstraksi yang digunakan yaitu proses maserasi yang menggunakan teknik ekstraksi dari sampel padat (simplisia) dengan menggunakan pelarut seperti etanol.
  2. Sifat kimia flavonoid antara lain dapat larut pada pelarut seperti etanol maupun metanol (polar), bersifat asam hingga larut dalam bahasa dapat membuat warna spesifik (reaksi warna) dengan ekstraksi


XI. Daftar Pustaka

Alfaridz, Faizal dan Amalia, Riezki. 2016. Review Jurnal : Klasifikasi dan Aktivitas Farmakologi dari Senyawa Aktif Flavonoid. Jurnal Farmaka. Vol.16. No.2 Sumedang : Universitas Padjajaran.

Djamil, Ratna dan Bakriyyah, Fatimah. 2015. Isolasi dan Identifikasi Jenis Senyawa Flavonoid dalam Fase n-Butanol Daun Murbei (Morus alba L.) secara Spektrofotometri. Jurnal Ilmu Keparmasian Indonesia. ISSN 1693-1831. Semarang : Universitas Pancasila.

Lukman DR, Sumaryono. 1995. Fisiologi Tumbuhan, Jilid 2. Bandung : Penerbit ITB.

Lumbessy, Mirna. Dkk. 2013. Uji Total Flavonoid Pada Beberapa Tanaman Obat Tradisonal Di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula Provinsi Maluku Utara. Jurnal MIPA UNSRAT Online. Vol.2. No.1. Manado : UNSRAT.

Tim Praktikum Kimia Organik II. 2020. Penuntun Praktikum Kimia Organik II. Jambi : Universitas Jambi.

Laporan Percobaan XIII "Uji Lemak"

LAPORAN PERCOBAAN XIII “UJI LEMAK” NAMA : KELANTAN NIM : A1C118023 DOSEN PENGAMPU : Dr.Drs.SYAMSURIZAL, M.Si. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA...